Rabu, 16 Desember 2009

Taukah Anda tentang Bahaya Pembungkus dari Kertas???

Bahaya Kertas sebagai Pembungkus Makanan

Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadipun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual, padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbale makanan tersebut. Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus telah menjadi hal yang umum di masyarakat sebagaimana digunakannya plastik dan Styrofoam. Umumnya kertas yang digunakan adalah kertas koran atau kertas bekas. Ada pula, kertas nasi yang dilapisi plastik serta kertas yang telah mengalami pemutihan.

Faktanya kertas memang paling banyak digunakan untuk membungkus makanan dari makanan gorengan sampai makanan yang memerlukan penyimpanan lama seperti teh celup dll. Pada bahan makanan mentah kertas juga digunakan untuk membungkus sayuran, ikan kering bahkan bumbu dapur (kalau kita belanja di pasar tradisional atau warung), sampai aneka ragam gorengan, peuyeum, dan sebagainya. Padahal, bila bagian kertas yang bertinta terkena panas dari makanan, minyak dari gorengan atau bagian cair dari makanan, maka tinta akan terlarut dalam makanan. Tinta mengandung unsur dasar timbal (Pb) atau timah hitam yang beracun dan tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan. Unsur ini sama dengan yang terdapat pada polutan dari kendaraan bermotor. Bila timbal tersebut terakumulasi dalam tubuh maka akan menyebabkan gangguan saraf dan bahkan dapat menyebabkan kanker.

Pada suatu penelitian wanita hamil yang banyak terakumulasi timbal, dapat mengakibatkan cacat bawaan pada janin dan merusak otak sehingga kecerdasan anak rendah. Pada laki-laki dewasa, timbal menurunkan kualitas sperma sehingga mempersulit punya keturunan (mandul). Dan pada anak-anak, timbal mengakibatkan penurunan daya konsentrasi dan kecerdasan. Penggunaan Kertas yang telah diputihkan dan sering digunakan sebagai pembungkus teh celup juga berbahaya bagi tubuh. Kertas ini berbahaya karena sudah ditambahkan bahan pemutih (chlorine), suatu unsur yang dapat menimbulkan kanker.

Contoh yang menggunakan kertas ini adalah teh celup dan tissue. Bila terkena suhu tinggi akan menghasilkan dioksin, suatu senyawa racun yang berbahaya bagi kesehatan kita. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat badan. Dalam jumlah sedikit saja sudah sangat berbahaya, apalagi bila dalam jumlah besar maka dioksin akan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Konsentrasi lebih tinggi lagi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Selain itu dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis.

Pada wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim. Oleh karena itu untuk menghindarkan hal-hal di atas bila tidak terpaksa gunakan teh (teh tubruk) secara langsung, dan gunakan pembungkus yang aman seperti daun pisang dan aluminium foil. Itulah bahan-bahan pembungkus dan wadah makanan yang berbahaya. Dengan kondisi masih rendahnya kesadaran masyarakat, maka selain pensosialisasian masalah, kita juga mulai harus meningkatkan kehati-hatian. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati ?
READ MORE - Taukah Anda tentang Bahaya Pembungkus dari Kertas???

Selasa, 15 Desember 2009

Karbon Dioksida, Misteri Sebuah Senyawa

Karbon Dioksida, Misteri Sebuah Senyawa

Fakta tentang karbon dioksida

Karbon dioksida atau CO2, semua orang mengenal senyawa ini sebagai gas, tak berbau, tak berwarna, tak beracun dan berasal dari setiap mekanisme pembakaran maupun metabolisme.

Gas Karbon dioksida pertama kali diamati keberadaannya oleh Van Helmont, tahun 1577. Secara statistik alamiah, gas ini tidak melimpah di muka bumi dan konstan persentasenya.

Pemanfaatan gas CO2 salah satunya adalah dapat diubah fasenya menjadi padat dan disebut “dry ice“, digunakan dalam industri pengawetan hingga industri film maupun sinetron (memberi efek kabut di film serem atau sinetron misteri).

Cerita dibalik si misterius CO2

Sejak dimulainya revolusi industri di Inggris hingga revolusi telekomunikasi jaman sekarang telah terjadi peningkatan persentase CO2 di muka bumi akibat aktivitas produksi dan konsumsi.

Mulailah dikenal istilah “Green House Effect“, yaitu meningkatnya kadar CO2 di atmosfer menjadikan bumi tambah panas, memberikan efek “Global Warming” dan selanjutnya “Global Climate Change“.

Lha, apa hubungan CO2 dengan panas ?,

Begini, Karena kebetulan sifat CO2 yang menyerap energi panas dari radiasi sinar infra merah yang dipancarkan matahari, akibatnya makin terakumulasilah energi panas tersebut dimuka bumi bahkan bisa mencairkan es kutub lho! Ditambah lagi penggunaan senyawa CFC (Chloro Fluoro Carbon) sebagai pelarut, material gas pendingin dalam refrigerator dan foaming agent dalam industri polimer ternyata malah “memakan” ozone yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet matahari yang berenergi tinggi.

Ironisnya fakta lain tentang CFC menjadikan orang tetap menggunakan CFC, yaitu dia ternyata gas yang tidak terlalu berbahaya terhadap mahluk hidup, tidak mudah terbakar, dan punya sifat-sifat unik karena variasi kandungan atom klor dan fluornya.

Tapi bumi sudah panas ditambah lagi bumi semakin terbuka terhadap pancaran energi tinggi UV yang mematikan, menjadikan kalangan terutama para ilmuwan kalang kabut mencari solusi agar bumi ini tetap menjadi tempat yang nyaman dihuni paling tidak sampai menjelang kiamat.

Apa to kebaikan CO2 itu?

Akhir-akhir ini mulai luas dikenal istilah “Green Chemistry” atau lebih menarik lagi “Green, Benign and Sustainable Chemistry“.

Istilah itu sebenarnya adalah gerakan pembaharuan dalam dunia riset dipelopori oleh para ilmuwan setengah gila yang melawan arus aliran trend riset, karena pada awalnya riset lebih banyak berkutat pada eksploitasi sumber daya bumi daripada menyelamatkannya.

Seiring dengan semakin ditekannya penggunaan material CFC sebagai pelarut, maka dicarilah alternatif pengganti yang memiliki sifat-sifat serupa tapi lebih ramah terhadap lingkungan.

Manfaat lain dari CO2 yaitu sebagai pelarut superkritis. CO2 sebagai fluida superkritis sebenarnya adalah gas yang dinaikkan temperaturnya mencapai temperatur kritis (temperatur tertinggi yang dapat mengubah fase gas menjadi fase cair dengan cara menaikkan tekanan), dan memiliki tekanan kritis (tekanan tertinggi yang dapat mengubah fase cair menjadi fase gas dengan cara menaikkan temperatur) sehingga sifat-sifatnya berada di antara sifat gas dan cairan.

Sebagai pelarut superkritis, CO2, telah cukup banyak dimanfaatkan dibidang penelitian dan industri. Keuntungan lain adalah tidak perlu membuat CO2 melainkan cukup menyaringnya dari udara sekitar. Walaupun teknologinya masih mahal, bukan berarti tidak bisa dimanfaatkan secara nyata.

Dibidang isolasi dan pengolahan bahan alam, CO2 superkritis dimanfaatkan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi maupun de-ekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan untuk pengobatan, atau senyawa-senyawa penting untuk industri makanan, misalnya ekstraksi minyak atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuh-tumbuhan atau de-ekstraksi caffein pada kopi.

Namun pengembangan lebih lanjut rupanya masih terhambat oleh miskinnya pengetahuan tentang sifat-sifat maupun fasa-fasa campuran CO2 superkritis dengan bahan terlarut dan perilaku senyawa terlarut di dalamnya.

Dibidang pertambangan minyak bumi, bahkan penggunaan CO2 yang dicairkan sangat besar. Fluida ini dialirkan ke dalam sumber-sumber minyak yang mulai menipis cadangannya untuk mengangkat cadangan minyak tersisa.

Masalah utamanya adalah fluida ini kekentalannya rendah sehingga tidak mampu mengangkat minyak secara maksimum. Pengembangan aditif yang mampu meningkatkan kekentalan (viscosity) fluida CO2 belum mampu bekerja optimum karena kelarutan aditif-aditif tersebut yang sulit diperkirakan.

Suatu perkembangan lebih menggembirakan dalam industri polimer kembali mengangkat kepopuleran CO2. Dupont, sebuah perusahan terkemuka dalam inovasi industri kimia telah mampu memproduksi semacam busa atau dikenal ‘foamed thermoplastic’ yang populer disebut ‘fluoropolimer’ berkat ditemukannya polimer ‘perfluoroalkil akrilat’ oleh Desimone dan rekan tahun 1992.

Fluoropolimer ini benar-benar larut dalam CO2 setelah sebelumnya digunakan pelarut dan surfaktan berbasis fluor. Permasalahannya adalah pengembangan ‘foamed polymer’ yang benar-benar menggunakan CO2 sebagai agen pembuih tidak terlalu berhasil.

Walaupun Dow, suatu perusahaan terkemuka juga dibidang industri polimer, telah memproduksi polistiren berbasis keseluruhan CO2 sebagai agen pengembang, namun muncul kesulitan teknis lain dalam polimer berbasis keseluruhan CO2, misalnya pecahnya gelembung akibat cepatnya difusi CO2 di dalam larutan polimer atau soal bagaimana membuat polimer yang memiliki daya hantar panas rendah.

Sesungguhnya masih banyak kegunaan yang bisa digali dari gas CO2 sebagai material ramah lingkungan. Misalnya dalam industri pelapisan material menggunakan polimer yang dapat larut dalam CO atau pembuatan partikel koloid dalam industri farmasi menggunakan pelarut CO2. Kenyataan bahwa gas CO, O2 dan H2 benar-benar dapat bercampur dan larut dalam CO2 sebenarnya memberikan kemungkinan untuk melakukan reaksi karbonilasi, oksidasi maupun hidrogenasi dalam pelarut CO2.

Namun kendala dalam aplikasi teknologi-teknologi tersebut secara massal membuat kaum industriawan masih enggan untuk benar-benar beralih menggunakan CO2.

READ MORE - Karbon Dioksida, Misteri Sebuah Senyawa

Peranan Kromium Dalam Mengobati Penyakit Diabetes

Peranan Kromium dalam Mengobati Penyakit Diabetes

Pencernaan, penyerapan dan metabolisme


Kromium termasuk logam mineral yang jumlahnya sedikit, baik dalam makanan maupun pada tubuh manusia, tetapi sangat penting bagi kesehatan. Nutrien ini tergolong essential trace mineral (mineral penting yang dibutuhkan dalam jumlah kecil) karena tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipasok dari makanan sehari-hari.

Karena sedikitnya kebutuhan kromium ini hingga sering tak diperhitungkan padahal zat ini sangat diperlukan bagi hampir semua jaringan tubuh manusia, termasuk kulit, otak, otot, limpa, ginjal dan testis. Kromium berasal dari bebatuan dalam perut bumi dan hanya tumbuh-tumbuhan yang bisa langsung menyerap mineral dari tanah.


Kandungan kromimum dalam tanaman bergantung pada jenis tanaman, kandungan kromium tanah dan musim. Sayuran mengandung 30 hingga 50 ppm, biji-bijian dan serealia utuh 30 hingga 70 ppm dan buah 20 ppm. Cukup konsumsi “makanan hidup” seperti buah-buahan segar dan sayuran dan makanan alami lainnya setiap hari dapat menghindari resiko kekurangan kromium.


Tetapi karena banyaknya penggunaan zat-zat kimia dan pengoalahan yang berlebihan menyebabkan jumlah kromium berkurang. Kekurangan kromium dapat menyebabkan kelelahan, kegelisahan, diabetes, gangguan metabolisme asam amino dan meningkatkan resiko aterosklerosis.


Sumber kromimum terbaik adalah makanan nabati, yaitu dari wholegrains (beras merah, raw oats, kedelai,dsb), jamur reishishiitake, kentang, wortel, buah (jeruk, apel, pisang) dan sayuran segar (bayam, pare, Brussels spourts, kacang panjang). Selain itu juga dapat diperoleh dari ikan laut, daging, dan kuning telur.

Menurut penelitian, kromium dibutuhkan untuk pengobatan penderita diabetes. Sebab:


· Kadar kromium menjadi faktor penentu utama dalam sensitivitas insulin, sebagai pengatur transportasi gula di dalam tubuh. Kromium berperan untuk mengendalikan metabolisme insulin dalam tubuh, sehingga disebut faktor pengendali kadar gula darah (glucose tolerance factor / GTF).


· Kromium terlibat dalam pengaturan gula darah, baik ketika kekurangan maupun kelebihan gula di dalam tubuh. Percobaan pada hewan menunjukan bahwa kekurangan krom dapat menyebabkan gangguan toleransi terhadap glukosa, walaupun konsentrasi insulin normal. Dalam keadaan berat defisiensi krom dapat menunjukkan sindroma mirip diabetes.


Insulin bertindak seperti usher, berfungsi membuka pintu agar glukosa dapat masuk ke dalam sel. Dan sel membutuhkan glukosa untuk memproduksi energi. Namun, pada penderita diabetes proses metabolismenya kolaps, gula darah banyak terdapat di dalam darah.


Karena terlalu tingginya sehingga glukosa berlebihan dan dilepaskan melalui urine. Gula yang banyak terdapat di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel meminta gula. Hormon insulin yang bisa membukakan pintu agar gula dapat masuk tidak bekerja sebagaimana seharusnya.


Krom bekerja sama dengan pelepasan dalam memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel, dengan demikian dalam pelepasan energi. Krom diduga merupakan bagian dari ikatan organik faktor toleransi terhadap glukosa (glucose tolerance factor) bersama asam nikotinat dan glutation.

Konsentrasi krom di dalam jaringan tubuh menurun dengan umur, kecuali pada jaringan paru-paru yang justru meningkat.


Dengan adanya kromium ini pemanfaatan insulin tubuh lebih efisien dan keseimbangan kadar gula darah terjaga. Kromium juga membantu proses pencernaan protein dan lemak.

Penelitian membuktikan bahwa kromium dapat menurunkan kadar trigliserid dan kelebihan total kolesterol darah, sekaligus memperbaiki rasio LDL (kolesterol ‘jahat’) dan HDL (kolesterol ‘baik’).


Penyerapan kromium oleh tubuh cenderung lamban, tetapi keluarnya dari tubuh malah sebaliknya, sangat mudah. Karena itu resiko kelebihan atau keracunan jarang terjadi.walaupun belum ada angka resmi kecukupan kromium, tetapi kemampuan tubuh menyerap kromium hanya 2 % sehingga sedikitnya diperlukan 100-200 mcg kromium per hari dari makanan.


Pencernaan dan Penyerapan:

Krom dalam bentuk Cr+++ diabsorbsi sebanyak 10% hingga 25%. Bentuk lain krom hanya diabsorbsi sebanyak 1%. Mekanisme absorbsi belum diketahui dengan pasti. Absorbsi dibantu oleh asam-asam amino yang mencegah krom mengendap dalam media alkali usus halus.

Jumlah yang diabsorbsi tetap hingga konsumsi sebanyak 49 ug, setelah itu ekskresi melalui urin meningkat. Ekskresi melalui urin meningkat akibat oleh konsumsi gula sederhana yang tinggi, aktivitas fisik berat atau trauma fisik


Metabolisme:

Seperti halnya besi, krom diangkut oleh transferin. Bila tingkat kejenuhan transferin tinggi, krom dapat diangkut oleh albumin.




READ MORE - Peranan Kromium Dalam Mengobati Penyakit Diabetes

Di Balik Gemerlapnya Kembang Api

Di Balik Gemerlapnya Kembang Api

Menonton pertunjukan kembang api bisa berdampak buruk bagi kesehatan anda dan lingkungan, demikian peringatan dari ilmuwan di Amerika Serikat.

Alison Tomlin dan rekan-rekannya di Universitas Leeds mengukur konsentrasi partikel-partikel yang dihasilkan dari perayaan api unggun dan kembang api.

Dengan memas
ukkan data yang mereka peroleh ke sebuah model sederhana mereka menemukan bahwa pada puncak perayaan tersebut, udara berjelaga yang dihasilkan mengandung sekitar 10 kali lebih banyak partikel dibanding keadaan normal di siang hari.

Tomlin menunjukkan bahwa pembakaran tidak sempurna akibat api unggun dan kembang api yang terbuka, bisa mengarah pada peningkatan jumlah partikel berjelaga di atas konsentrasi sehari-hari di perkotaan. Imbas partikel-partikel ini terhadap kesehatan manusia dan lingkungan tergantung pada ukuran dan kandungan kimianya.

Partikel-partikel dalam penelitian ini cenderung lebih besar dibanding yang berasal dari emisi kendaraan tetapi masih cukup kecil untuk menyebabkan masalah-masalah kesehatan, seperti penyakit pernafasan dan kardiovaskuler.

Disamping itu, partikel-partikel ini memiliki imbas yang lebih besar terhadap iklim karena masa tinggalnya di atmosfer yang lebih lama.

William Maenhaut, seorang spesialis terkemuka di bidang efek pembakaran biomasa terhadap lingkungan, dari Universitas Ghent di Belgia, mengatakan bahwa temuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa Tomlin dan reka-rekannya “mampu memodelkan partikel-partikel selama pertunjukan kembang api dan api unggun dengan menggunakan sebuah model pemrosesan aerosol sederhana”.

Pada zaman dimana perubahan iklim dan polusi menjadi isu utama seperti sekarang ini, Tomlin berencana untuk menyelidiki lebih jauh emisi-emisi dari sumber-sumber biomassa dan membandingkannya dengan sumber-sumber lain seperti kendaraan. “Tantangan sesungguhnya adalah menentukan dampak dari efek-efek atmosferik, seperti kondensasi dan koagulasi, terhadap keadaan dan distribusi ukuran partikel-partikel pada sebuah daerah yang luas,” kata Tomlin.


Ini akan membantu menentukan dampaknya yang potensial terhadap iklim, paparnya.


READ MORE - Di Balik Gemerlapnya Kembang Api

Kembang Api

Kembang api ditemukan di Cina untuk menakut-nakuti roh jahat, sebagai perkembangan dari penemuan lainnya yaitu bubuk mesiu. Perayaan dan festival seperti Tahun Baru Imlek dan Festival Bulan pada pertengahan musim gugur masih dilengkapi dengan kembang api. Cina adalah penghasil dan pengekspor kembang api terbesar di dunia


Kembang api adalah bahan peledak berdaya ledak rendah piroteknik yang digunakan umumnya untuk estetika dan hiburan. Salah satu bentuk kembang api yang umum adalah dalam pertunjukan kembang api. Kembang api menghasilkan empat efek primer: suara, cahaya, asap, dan bahan terbang (contohnya confetti). Kembang api dirancang agar dapat meletus sedemikian rupa dan menghasilkan cahaya yang berwarna-warni seperti merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu, dan perak.


Terdapat 5 komposisi utama kembang api yaitu: Binder, Oksidator, Reduktor, Agen Pemberi Warna, dan Regulator. Fungsi masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

Binder
Binder berfungsi untuk agen pengikat sehingga seluruh bahan pembuat kembang api dapat dijadikan campuran berbentuk pasta. Binder yang sering dipergunakan adalah dextrin.


Regulator
Logam biasanya ditambahkan untuk mengatur kecepatan terjadinya reaksi pada kembang api. Semakin besar luas permukaan logam maka semakin cepat reaksi akan berlangsung.


Fuel
Karbon atau thermit umumnya dipakai sebagai fuel pada kembang api. Fuel akan melepaskan elektron pada oksidator.

Menyebabkan oksidator tereduksi, selama proses ini berlangsung maka akan terjadi ikatan antara fuel dan oksigen membentuk produk yang lebih stabil, peristiwa pembakaran ini hanya memerlukan sedikit energi agar reaksinya berlangsung, dan ketika proses pembakaran dimulai maka akan dihasilkan energi yang cukup banyak untuk melelehkan dan menguapkan material lain sehingga terjadi percikan api yang menyebabkan terbentuknya cahaya kembang api.


Oksidator
Oksidator diperlukan sebagai penghasil oksigen untuk memulai proses pembakaran.

Bahan oksidator yang dipakai biasanya dari golongan nitrat, klorat, ataupun perklorat. Awalnya nitrat dipakai sebagai bahan oksidator dan senyawa yang sering dipakai adalah kalium nitrat. Penguraian kalium nitrat adalah sebagai berikut:


2 KNO3 -> K2O + N2 + 2.5 O2


Tidak semua oksigen dari KNO3 diubah menjadi oksigen, dan reaksi berjalan tidak begitu ekstrim sehingga mudah di control.

Hal ini menyebabkan nitrat dipakai sebagai reaksi awal penyulutan kembang api agar kembang api sampai di angkasa.


Untuk mendapatkan reaksi yang ekstrim (dalam arti kecepatan dan menghasilkan panas yang cukup) maka diperlukan oksidator yang lebih kuat dibandingkan nitrat. Ingat agar kembang api dapat menghasilkan kilatan cahaya maka kita harus membuat ion logam agen pemberi warna tereksitasi untuk itulah diperlukan suhu yang tinggi.


Klorat merupakan oksidator yang lebih baik dibandingkan dengan nirat, reaksi yang terjadi sangat ekplosif dan menghasilkan suhu yang tinggi selain itu semua oksigen dalam klorat dapat diubah menjadi oksigen. Memberikan oksigen dengan jumlah yang cukup untuk proses pembakaran pada kembang api.


2 KClO3 -> 2KCl + 3 O2


Sayangnya klorat tidak stabil dan diperlukan penanganan khusus dalam proses pembuatan kembang api, beberapa senyawa klorat dapat meledak ketika dijatuhkan ke tanah. Oleh sebab itu penggunaan klorat digantikan oleh perklorat. Perklorat sekarang banyak dipakai pada industri kembag apai karena stabil dan bereaksi sama ekstrimnya dengan klorat.


KClO4 -> KCl + 2O2


Reduktor

Reduktor bereaksi dengan oksigen yang dihasilkan oleh oksidator membentuk gas yang bertemperatur tinggi dan mengembang dengan cepat. Reduktor yang dipakai biasanya adalah belerang dan karbon.


S + O2 -> SO2


C + O2 -> CO2

Warna kembang api dihasilkan dari pemanasan senyawa logam tertentu. Atom logam menyerap energi yang dihasilkan dari reaksi oksidator dan reduktor diatas dan kemudian dia melepaskan energi itu kembali dalam bentuk cahaya dengan warna tertentu. Energi yang diserap menyebabkan electron logam melompat dari tingkat energi standarnya ke tingkat energi yang lebih tinggi, dinamakan dengan istilah tereksitasi kemudian electron terebut kembali ke tingkat energi semula dengan membebaskan energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu.


Ion logam yang dipakai untuk memberi warna pada kembang api diantaranya adalah:


Merah:
Garam stronsium atau garam lithium. Contohnya adalah litium karbonat Li2CO3 yang memberikan warna merah dan Stronsium karbonat yang memberikan warna merah cerah.


Oranye
Garam kalsium contohnya kalsium klorida CaCl2


Kuning
Garam natrium contohnya natrium klorida NaCl.


Hijau
Garam barium atau senyawa yang dapat menghasilkan gas Cl2. Contoh garam bariumnya adalah BaCl2.


Biru
Senyawaan tembaga contohnya tembaga(I) klorida CuCl.


Ungu
Campuran antara garam stronsium dan garam tembaga. Karena stronsium memberikan warna merah dan tembaga memberikan warna biru maka campuran kedua garam ini akan menghasilkan warna ungu.


Putih/Silver
Logam magnesium, titanium, ataupun aluminium.


Mengapa kita selalu melihat percikan kembang api terlebih dahulu kemudian baru suara ledakkannya?

Hal ini terjadi dikarenakan kecepatan cahaya lebih cepat satu juta kali dibandingkan dengan kecepatan suara.

Jika kamu melihat kembang api yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari tanah tempatmu berdiri maka diperlukan sekitar 3 detik untuk mendengar suara ledakan kembang api setelah kamu melihat percikan cahaya kembang api tersebut.

.

READ MORE - Kembang Api

Warna emas dan tembaga

Setiap unsur logam umumnya memiliki permukaan yang mengkilat yang berwarna putih seperti perak atau biasa disebut putih keperakan. Akan tetapi ada pengecualian bagi emas dan tembaga.

Emas bukan berwarna putih keperakan melainkan bersifat warna kuning emas sedangkan tembaga adalah logam yang berwarna kemerahan.

Apa yang menyebabkan perbedaan warna pada kedua logam ini ?

Emas

Emas ialah unsur kimia yang mempunyai simbol Au(Aurum) dengan nomor atom 79.

Logam ini berwarna kuning mengkilap tetapi juga dapat berwarna seperti delima atau hitam apabila di bagi dengan halus.

Larutan kolid emas juga mempunyai warna berkeamatan tinggi yang biasanya berwarna ungu. Emas merupakan logam lembut, mengkilat, mudah ditempa, termasuk ke dalam logam peralihan (trivalen dan univalen) dan stabil.

Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan oleh frekuensi plasmon emas yang terletak pada junglat penglihatan, mengkibatkan warna merah dan kuning dipantulkan sementara warna biru diserap.

Tembaga

Tembaga adalah unsur kimia yang mempunyai simbol Cu dengan nomor atom 29. Tembaga merupakan logam mulur yang mempunyai sifat konduktifitas yang sangat baik. Warna logam ini adalah kemerahan.

Ciri warna yang dimilikinya disebabkan oleh struktur jalurnya, yaitu memantulkan cahaya merah dan jingga dan menyerap frekuensi-frekuensi lain dalam spektrum tampak.Sifat warna yang terdapat pada emas dan tembaga ini berkaitan dengan susunan elektronnya.

Susunan elektron terluar dari emas adalah 4f14 5d10 6s1 (konfigurasi elektronnya [Xe] 4f14 5d10 6s1). susunan elektron terluar seperti berikut 3d10 4s1 ( konfigurasi elektronnya [Ar]3d10 4s1).

Warna logam terbentuk berdasarkan transisi elektron di antara ikatan-ikatan energinya. Kemampuan menyerap cahaya pada panjang gelombang untuk menghasilkan warna yang khas terjadi karena transisi ikatan d yang melepaskan posisi di ikatan konduksi.

Ketika cahaya mengenai permukaan logam, maka elektron dalam atom akan menyerap energi sehingga elektron tersebut akan berpindah ke orbital dengan tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) Sehingga terdapat elektron negatif pada tingkat energi yang lebih tinggi dan "hole" positif pada tingkat energi yang lebih rendah.

Sementara itu logam merupakan penghantar listrik yang baik (the valence band and conduction band overlap) arus listrik diinduksi pada permukaan sampai pada pasangan orbital kosong.

Adanya arus ini menyebabkan logam berwarna, ketika elektron jatuh kembali ke tingkat energi semula (original) dan memancarkan cahaya. Jika semua warna diserap dan dipancarkan dalam jumlah yang sama maka warna yang terjadi adalah warna metalik mengkilat, sedangkan untuk logam yang lain kemungkinan untuk menyerap dan memancarkan warna yang bervariasi bergantung pada tingkat energi elektron.

Terjadinya warna kuning keemasan pada emas dan merah pada tembaga karena adanya kekurang efisienan dalam penyerapan dan pemancaran warna cahaya biru pada spektrum logam tersebut. Sedangkan warna komplemen dari biru adalah orange yang berasal dari gabungan warna kuning dan merah.

Tembaga memiliki elektron terluar pada orbital 3d sedangkan emas 5d maka apabila terjadi pancaran energi maka emas akan akan memancarkan energi yang lebih tinggi dan karena dalam hal ini yan dipancarkan adalah jingga (warna cahaya biru diserap) maka emas akan memancarkan warna kuning dengan energi yang lebih tinggi dan tembaga akan memancarkan warna merah.

READ MORE - Warna emas dan tembaga

Koq..,Air Laut Asin Ya...??

Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.


Ilmuwan memperkirakan jumlah garam yang terkandung di dalam air laut itu sebanyak 50 juta milyar ton. Kalau dibayangkan, garam sebanyak ini jika di gelar di seluruh permukaan bumi akan setinggi bangunan 45 lantai (sekitar 166 meter). Banyak sekali bukan?!

Sesungguhnya laut merupakan larutan dari apa aja termasuk berbagai macam garam mineral, misalnya: Calcium, Magnesium, Sodium, Potasium, Bikarbonat, Chlorida, Sulfat, dan Bromida.


Secara rerata, air laut mengandung garam sebanyak 35 o/oo (35 per mil). Artinya, setiap 1000 kilogram air laut mengandung 35 kilogram garam.


Kandungan garam yang tertinggi lautan ada di daerah 20 derajad Lintang Utara dan di daerah 20 derajad Lintang Selatan (36 o/oo). Kandungan garam terendah (31 o/oo) berada di daerah Khatulistiwa.


Dari mana asal garam di laut itu?


Garam di laut itu berasal dari kulit bumi. Ada tiga peristiwa yang dapat mengantarkan

mineral ke laut, yaitu:


§ Peristiwa erosi hujan dan aliran sungai memisahkan sejumlah mineral yang ada di dalam tanah atau bebatuan dan membawanya ke laut.


§ Peristiwa letusan gunung berapi juga dapat menghasilkan garam. Air hujan akan membawa ke laut sebagian mineral yang terkandung di dalam lava.


§ Peristiwa pengikisan dasar laut juga dapat menghasilkan garam.


Kandungan garam yang sebanyak sekarang ini, merupakan tumpukan hasil ketiga proses itu dalam kurun waktu ribuan tahun.


Bagaimana cara mebuat air asin menjadi tawar?


Ada banyak cara, tetapi prinsipnya sama, yaitu air asin diuapkan. Selanjutnya uap

panas ini didinginkan sehingga berubah menjadi titik-titik air. Air yang terbentuk ini sudah tidak terasa asin lagi (kadar garamnya berkurang). Cara ini disebut penyulingan.

READ MORE - Koq..,Air Laut Asin Ya...??